Tampilkan postingan dengan label Pendidikan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pendidikan. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 24 November 2012

Makalah Konsep Pendidikan Seumur Hidup


Konsep Pendidikan Seumur Hidup


Pendidikan seumur hidup, sebenarnya sudah sejak lama dipikirkan oleh pakar pendidik dari  zaman ke zaman. Di dalam GBHN 1978, dinyatakan bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah, dan masyarakat. Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Prinsip ini mengartikan bahwa sekolah bukanlah satu-satunya masa bagi setiap orang untuk belajar, melainkan hanya sebagian dari waktu belajar yang akan berlangsung seumur hidup.
Konsep pendidikan seumur hidup merumuskan suatu asas bahwa pendidikan adalah suatu proses yang terus-menerus (kontinyu) dari bayi sampai meninggal dunia. Konsep ini sesuai dengan konsep agama Islam seperti yang tercantum dalam hadits Nabi Muhammad SAW, yang menganjurkan belajar mulai dari buaian sampai ke liang kubur. Proses pendidikan ini mencakup bentuk-benuk belajar secara informal maupun formal, baik yang berlangsug dalam keluarga, sekolah dalam pekejaan dan kehidupan masyarakat.

Minggu, 22 Mei 2011

Kelebihan dan Kekurangan Multiple Choice Test


            Setiap bentuk tes yang akan digunakan sebagai alat evaluasi masing-masing selalu mempunyai kelebihan dan kekurangan dalam penggunaannya. Untuk bentuk     Multiple Choice Test pun terdapat kelebihan dan kekurangan yang akan ditemui.

            Di antara kelebihan-kelebihan yang dimiliki Multiple Choice Item Test, ialah:

1)   Tes obyektif sifatnya lebih representatif dalam hal mencakup dan mewakili materi yang telah diajarkan kepada peserta didik. Hal ini dapat dipahami dengan melihat kenyataan bahwa butir-butir soal yang dikeluarkan dalam bentuk tes objektif itu jumlahnya cukup banyak.

2)   Dari soal yang banyak tersebut, maka berbagai aspek psikologis yang seharusnya diungkap lewat tes hasil belajar, seperti aspek pengetahuan, aspek pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan lain-lain, dapat dicakup dan diungkap secara lengkap melalui tes hasil belajar tersebut.

3)   Tes objektif lebih memungkinkan badi tester untuk bertindak lebih objektif, baik dalam mengoreksi lembar-lembar maupun dalam menentukan nilai hasil tesnya. Ini dapat dipahami karena jawaban yang akan muncul hanya ada dua yakni, betul atau salah. Disamping itu, akan mengurangi adanya faktor lain seperti dari baik atau buruknya bentuk tulisan testee yang bisa saja memberi pengaruh pada pengoreksian.

4)   Mengoreksi hasil Multiple Choice Item Test adalah jauh lebih mudah dan lebih cepat dibandingkan bentuk tes lain. Ini disebabkan karena tersedianya pilihan jawaban yang sederhana antara A, B, C, D, atau E, sehingga pekerjaan koreksi, perhitungan dan penjumlahan skor hasil tes dapat dilakukan dalam waktu yang singkat.

5)   Dalam pengoreksiannya dapat diwakilkan pada orang lain, dengan bekal kunci jawaban saja. Bahkan lebih dari itu, dengan lembar jawaban yang sudah dipersiapkan, pekerjaan mengoreksi dapat dilakukan dengan bantuan komputer, sehingga dapat meminimalisir kesalahan dalam pengoreksian.

6)   Butir-butir soal jauh lebih mudah dianalisis dari segi kesukarannya, daya pembedanya, validitas meupun reliabilitasnya. Berdasar hasil analisis yang pada umumnya menggunakan statistik sebagai alat bantunya, akan dapat ditentukan tingga rendahnya mutu tes, disamping dapat diusahakan perbaikan-perbaikan dan penyempurnaanya, sehingga dari waktu-ke waktu butir soal tes objektif dapat ditingkaktkan mutunya dan dapat dijalankan fungsinya sebagai alat ukur hasil belajar yang baik, dan dapaat digunakan berulang-ulang.

Adapun segi-segi kekurangan yang dimiliki Multiple Choice Item Tes antara lain:

1)   Dalam penyusunan butir-butir soal tes objektif adalah tidak semudah seperti halnya tes uraian. Buaka karena jumlah butir soalnya yang cukup banyak, menyiapkan kemungkinan jawabaan yang akan dipasangkan pada setiap butir item itu juga bukan hal yang ringan.

2)   Multiple Choice Item Test pada umumnya kurang dapat mengukur atau mengunkap proses berpikir yang tinggi atau mendalam. Ia lebih banyak mengungkap daya ingat atau hafalan ketimbang daripada mengungkap tingkat kedalaman berpikir testee terhadap materi yang diujikan. Kelemahan ini terutama disebabkan pada pilihan jawaban yang pendek-pendek, hingga testee tidak terlalu dituntut untuk berpikir secara mendalam.

3)   Dengan Multiple Choice Item Test, terbuka kemungkinan bagi testee untuk bermain spekulasi, tebak terka, adu untung dalam memberikan jawaban. Kalau saja jawaban dari asal tebak tersebut betul, maka tes tersebut akan menjadi alat pengukur yang diragukan daya ketepatan mengukurnya.

4)   Cara memberikan jawaban pada Multiple Choice Item Test yang mempergunakan simbol A, B, C, D dan E yang sifatnya seragam dapat membuka peluang bagi testee untuk melakukan kerjasama yang tidak sehat dengan sesama testee lainnya. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya kekeliruan dalam pengukuran dan penilaian hasil belajar.

Sudiyono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1996.

Slameto. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara. 1984.



Senin, 16 Mei 2011

Kelebihan dan kekurangan penilaian portofolio


Setiap konsep atau model penilaian tentu ada kelebihan dan kekurangannya, begitu juga dengan penilaian portofolio.
Kelebihan model penilaian portofolio, antara lain sebagai berikut:
1.    Dapat melihat pertumbuhan dan perkembangan kemampuan peserta didik dari waktu ke waktu berdasarkan feed-back dan refleksi diri.
2.    Membantu guru melakukan penilaian secara adil, objektif dan dapat dipertanggungjawabkan tanpa mengurangi kreatifitas peserta didik.
3.    Mengajak peserta didik untuk belajar bertanggungjawab terhadap apa yang telah mereka kerjakan, baik dikelas maupun diluar kelas dalam rangka implementasi program pembelajaran.
4.    Meningkatkan peran serta peserta didik secara aktif dalam kegiatan pembelajaran dan penilaian.
5.    Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk meningkatkan kemampuan mereka.
6.    Dapat digunakan untuk menilai kelas yang heterogenantara peserta didik yang pandai dan kurang pandai.
Adapun kekurangan penilaian portofolio, antara lain sebagai berikut:
1.    Membutuhkan waktu dan kerja ekstra.
2.    Penilaian portofolio dianggap kurang reliable dibandingkan dengan bentuk penilaian yang lain.
3.    Ada kecenderungan guru hanya memperhatikan pencapaian akhir sehingga proses penilaian kurang mendapat perhatian.
4.    Tidak tersedianya kriteria penilaian yang jelas.
5.    Penilaian portofolio masih relatif baru sehingga banyak guru, orang tua dan pesesrta didik yang belum mengetahui dan memahaminya.
6.    Sulit dilakukan terutama menghadapi ujian dalam skala nasional.
7.    Dapat  Menjebak pesrta didik jika terlalu sering menggunakan format yang lengkap dan detail.




Rabu, 04 Mei 2011

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengelolaan Kelas


Dalam pengertian yang kedua ini, maka ada beberapa faktor yang mempengaruhi perwujudan pengelolaan kelas yaitu :

a. Kurikulum
Kurikulum kaitannya dengan pengelolaan kelas seperti pengertian diatas haruslah di rancang sebagai jumlah pengalaman edukatif yang menjadi tanggung jawab sekolah dalam membantu anak-anak mencapai tujuan pendidikannya, yang diselenggarakan secara berencana dan terarah serta terorganisir, karena kegiatan kelas bukan sekedar dipusatkan pada penyampaian sejumlah materi pelajaran atau pengetahuan yang bersifat intelektualistik, akan tetapi juga memperhatikan aspek pembentukan pribadi, baik sebagai makhluk individual dan makhluk social maupun sebagai makhluk yang bermoral.

Pada sekolah madrasah Ibtida’iyah, kurikulum pada tingkat MI harus dirancangkan untuk untuk memungkinkan diselenggarakannya kegiatan kelas dalam memenuhi kebutuhan melakukan eksplorasi dan ekspenmentasi guna memeberikan pangalaman intelektual dan social yang terpadu dalam rangka realisasi diri. Oleh karena itu disamping aspek materi pengetahuan diperlukan program kelas untuk memenuhi perbedaan minat bakat dan kemampuan murid. Program tersebut dapat dilakukan melalui aspek-aspek kependidikan dibidang kesenian termasuk kesejahteraan keluarga, tekhnik, olahraga, kepramukaan dan kesehatan pada kelas-kelas terakhir sekolah menengah tingkat atas programnya harus dirancangkan untuk membantu anak-anak mewujudkan diri dalam memasuki masyarakat sebagai orang dewasa. Program itu antara lain harus diarahkan untuk memeberikan keterampilan tertentu guna memasuki lapangan kerja tingkat menengah atas disamping program untuk memeprsiapkan para remaja agar menjadi warga Negara yang memahami dan mampu menjalankan hak dan kewajibannya.

b. Gedung dan Sarana Kelas / Sekolah
Perencanaan dalam membangun sebuah gedung untuk sebuah sekolah berkenaan dengan jumlah dan luas setiap ruangan, letak dan dekorasinya yang harus disesuaikan dengan kurikulum yang dipergunakan. Akan tetapi karena kurikulum selalu dapat beruabh. Sedang ruangan atau gedung bersifat permanen, maka diperlukan kreativitas dalam mengatur pendayagunaan ruang / gedung yang bersedia berdasarkan kurikulum yang dipergunakan. Dalam konteks ini kepandaian guru dalam pengelolaan kelas sangat dibutuhkan.

c. Guru
Hadari Nawawi menyatakan guru adalah orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang bertanggung jawab dalam memebnatu anak dalam mencapai kedewasaan masing-masing. Guru dalam pengertian tersebut bukan sekedar berdiri didepan kelas untuk menyampaikan materi atau pengetahuan tertentu, akan tetapi dalam keanggotaan masyarakat yang harus aktif dan berjiwa bebas serta kreatif dalam mengarahkan perkembangan anak didiknya untuk menjadi anggota masyarakat sebagai orang dewasa.
d. Murid
Murid sebagai unsur kelas memiliki perasaan kebersamaan (Sense Of kolektive) merupakan kondisi yang sangat penting artinya bagi terciptanya kelas yang dinamis. Oleh karena , setiap murid harus memiliki perasaan diterima (Sense of membershif) terhadap kelasnya agar mampu ikut serta dalam kegiatan kelas. Perasaan inilah yang akan menumbuhkan rasa tanggung jawab (Sense of respsibility) terhadap kelasnya.

e. Diamika kelas
Kelas adalah kelompok sosial yang dinamis yang harus dipergunakan oleh setiap wali atau guru kelas untuk kepentingan murid dalam proses kependidikannya. Dinamika kelas pada dasarnya berarti kondisi kelas yang diliputi dorongan untuk aktif secara terarah yang dikembangkan melalui kretifitas dan inisiatif murid sebagai suatu kelompok, untuk itu setiap wali atau guru kelas harus berusaha menyalurkan berbagai saran, pendapat, gagasan, keterampilan, potensi dan energi yang dimiliki murid menjadi kegiatan-kegiatan yang berguna. Dengan demikian kelas tidak akan berlangsung secara statis, rutin dan membosankan.

Selasa, 26 April 2011

Konseling

Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan dapat diambil kesimpulan bahwa konseling adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada klien, konselor mempergunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk membantu kliennya mengatasi masalah-masalah. Dapat diartikan juga bahwa konseling adalah upaya membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dan konseli agar konseli mampu memahami diri dan lingkungannya, mampu membuat keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya sehingga konseli merasa bahagia dan efektif perilakunya.

Ada berbagai macam teori yang dapat digunakan sebagai landasan oleh seorang konselor yang melakukan konseling. Dalam hal ini akan diuraikan beberapa macam pendekatan, antara lain pendekatam psikoanalitik, pendekatan Eksistensial-Humanistik, pendekatan Client-Centered, pendekatan Gestalt, pendekatan analisis transaksional, pendekatan tingkah laku (behavioral), pendekatan rasional emotif dan pendekatan realitas. Adapun tahapan proses konseling yaitu membangkitkan minat dan membahas perlunya bantuan pada diri klien, membina hubungan, menetapkan tujuan konseling dan menjelajahi berbagai alternative yang ada, bekerja dengan masalah dan tujuan, membangkitkan kesadaran klien untuk berubah, merencanakan arah kegiatan, dan  evaluasi hasil dan mengakhiri konseling

Senin, 25 April 2011

JENIS-JENIS PENDEKATAN DALAM KONSELING


    Ada berbagai macam teori yang dapat digunakan sebagai landasan oleh seorang konselor yang melakukan konseling. Dalam hal ini akan diuraikan beberapa macam pendekatan, antara lain:

a.    Pendekatan Psikoanalitik
Pendekatan psikoanalitik menekankan pentingnya riwayat hidup klien (perkembanan psikoseksual), pengaruh dari impuls-impuls genetik (instink), pengaruh dari pengalaman dini kepada kepribadian individu. Manusia pada dasarnya ditentukan dari energi psikis dan pengalaman dini. Motif dan konflik tak sadar adalah sentral dalam tingkah laku sekarang. Pedekatan psikoanalitik telah memberikan cara-cara mencari keterangan dari ketaksadaran melalui anlisis atas mimpi-mimpi, resistensi-resistensi dan transferensi-transferensi.

b.    Pendekatan Eksistensial-Humanistik
Berfokus pada sifat dari kondisi manusia yang mencakup kesanggupan untuk menyadari diri, kebebasan untuk menentukan nasib sendiri, kebebasan dan tanggung jawab, kecemasan sebagai suatu unsur dasar dan kecenderungan untuk mengaktualkan diri. Pendekatan ini membantu individu untuk meningkatkan pemahaman diri melalui mengalami perasaan-perasaan mereka, memfokuskan pada individu sebagai pembuat keputusan dan pencetus pertumbuhan dan perkembangan diri mereka sendiri.

c.    Pendekatan Client-Centered
Pendekatan ini memandang manusia secara positif bahwa manusia memiliki suatu kecenderungan ke arah berfungsi penuh. Dalam konteks hubungan konseling, klien mengalami perasaan-perasaan yang sebelumnya diingkari. Klien mengaktualkan potensi dan bergerak ke arah peningkatan kesadaran, spontanitas, kepercayaan kepada diri, dan keterarahan.
Pendekatan ini dikembangkan oleh Albert Ellis yang berlandaskan asumsi bahwa manusia dilahirkan dengan potensi, baik untuk berpikir rasioanal dan jujur maupun untuk berpikir irasional dan jahat.

h.    Pendekatan Realitas
Pendekatan realitas berlandaskan motivasi pertumbuhan dan antideterministik. Pendekatan realitas adalah suatu sistem yang difokuskan pada tingkah laku sekarang. Pendekatan realitas berlandaskan premis bahwa ada suatu kebutuhan psikologis tunggal yang hadir sepanjang hidup, yaitu kebutuhan akan identitas yang mencakup suatu kebutuhan untuk merasakan keunikan, keterpisahan, dan ketersendirian. Maka jelaslah bahwa pendekatan realitas tidak berpijak pada filsafat deterministik tentang manusia, tetapi dibangun di atas asumsi bahwa manusia adalah agen yang menetukan dirinya sendiri. Prinsip ini menyiratkan bahwa masing-masing individu memikul tanggung jawab untuk menerima konsekuensi-konsekuensi dari tingkah lakunya sendiri.

PENGERTIAN KONSELING


Berikut ini dikemukakan beberapa definisi konseling. Shertzer dan Stone (1980) telah membahas berbagai definisi yang terdapat di dalam literatur tentang konseling. Konseling adalah upaya membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dan konseli agar konseli mampu memahami diri dan lingkungannya, mampu membuat keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya sehingga konseli merasa bahagia dan efektif perilakunya.

Adapun konseling menurut Prayitno dan Erman Amti adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara/ konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.

ASCA (American School Counselor Assosiation) mengemukakan bahwa konseling adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada klien, konselor mempergunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk membantu kliennya mengatasi masalah-masalah.

Menurut sebagian tokoh, Pietrofesa dan kawan-kawan  ciri-ciri konseling profesional sebagai berikut:
a.    Konseling merupakan suatu hubungan profesional yang diadakan oleh seorang konselor yang sudah dilatih untuk pekerjaannya itu.

b.    Dalam hubungan yang bersifat profesional itu, klien mempelajari ketrampilan pengambilan keputusan, penyelesaian masalah, serta tingkah laku atau sikap-sikap baru.

c.    Hubungan profesinal itu dibentuk bedasarkan kesukarelaan antara klien dan konselor.
Berbagai pengertian konseling dari beberapa tokoh dapat diuraikan beberapa generalisasai yang menggambarkan karakteristik utama kegiatan konseling, yaitu:

Ø    Konseling merupakan salah satu bentuk hubungan yang bersifat membantu. Makna bantuan itu sendiri, yaitu sebagai upaya untuk membantu orang lain agar ia mampu tumbuh ke arah yang dipilihnya sendiri, mampu menyelesaikan masalah yang dihadapinya dan mampu menghadapi krisis-krisis yang dialami dalam kehidupannya.

Ø    Hubungan dalam konseling bersifat interpersonal. Hubungan konseling terjadi dalam bentuk wawancara secara tatap muka antara konselor dengan klien. Dalam proses konseling, kedua belah pihak hendaknya menunjukkan kepribadian yang asli. Hal ini dimungkinkan karena konseling itu dilakukan secara pribadi dan dalam suasana rahasia.

Ø    Keefektivan konseling sebagian besar ditentukan oleh kualitas hubungan antara konselor dan kliennya. Dilihat dari segi konselor, hubungan itu bergantung pada kemampuannya dalam menerapkan teknik-teknik konseling dan kuaitas pribadinya.

Learning Style (Minat Belajar)


Learning style itu adalah sebuah hak dimana setiap individu bebas melakukannya. Entah style yang digunakan berupa Autonomous learning, yang menekankan pada keingin pribadi untuk belajar sendiri dan tak mau bergabung dengan yang lain atau yang selanjutnya dikenal dengan Grouping learning, belajar secara berkelompok atau kolektif.

Selain itu, masih ada model belajar yang bersifat Visual learning Audio learning. Pada Visual learning, mereka lebih suka belajar secara langsung melalui gambar-gambar yang ditampilkan. Biasanya ini diterapkan unuk anak-anak yang masih baru belajar membaca. Audio learning disini adalah belajar hanya dengan mendengarkan. Kemapuan listening anak ini lebih dominan daripada readingnya.

Karena belajar adalah sebuah kewajiban yang bersifat fardhu ‘ain bagi setiap pelajar, maka hal ini seharusnya tidak boleh ditinggalkan. Kedudukannya sama dengan sholat dalam islam. Akan sangat aneh kalau ada pelajar baik tingkat SD, SMP, SMA atau bahkan Univesitas yang tidak mau belajar. Sesungguhnya ia telah melakukan dosa besar.

Namun demikian, tidak ada paksaan dalam belajar. Tidak boleh memaksakan kehendak peribadi diatas haak orang lain. Setiap pelajar memilki hak untuk belajar dengan cara mereka sendiri. Ada banyak style yuang dapat mereka lakukan, bisa autonomous, group, atau yana lainnya. Yang penting adalah merak tidak meninggalkan kewajibannya.

Semuanya harus dimulai dengan minat. Adanya  minat untuk belajar akan membawa pada cara seseorang belajar. Cara belajarnya (yang meliputi keseriusan dan ketekunan) kemudian akan menentukan hasil dari apa yang dipelajari. Tapi lagi-lagi belum ada pakem khusus yang membatasi definisi belajar. Sehingga kalian bebas mendefinisikannya yang terpenting adalah tidak oudarnya minat untuk terus belajar.