Tampilkan postingan dengan label Desain Pembelajaran. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Desain Pembelajaran. Tampilkan semua postingan

Minggu, 22 Mei 2011

Kelebihan dan Kekurangan Multiple Choice Test


            Setiap bentuk tes yang akan digunakan sebagai alat evaluasi masing-masing selalu mempunyai kelebihan dan kekurangan dalam penggunaannya. Untuk bentuk     Multiple Choice Test pun terdapat kelebihan dan kekurangan yang akan ditemui.

            Di antara kelebihan-kelebihan yang dimiliki Multiple Choice Item Test, ialah:

1)   Tes obyektif sifatnya lebih representatif dalam hal mencakup dan mewakili materi yang telah diajarkan kepada peserta didik. Hal ini dapat dipahami dengan melihat kenyataan bahwa butir-butir soal yang dikeluarkan dalam bentuk tes objektif itu jumlahnya cukup banyak.

2)   Dari soal yang banyak tersebut, maka berbagai aspek psikologis yang seharusnya diungkap lewat tes hasil belajar, seperti aspek pengetahuan, aspek pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan lain-lain, dapat dicakup dan diungkap secara lengkap melalui tes hasil belajar tersebut.

3)   Tes objektif lebih memungkinkan badi tester untuk bertindak lebih objektif, baik dalam mengoreksi lembar-lembar maupun dalam menentukan nilai hasil tesnya. Ini dapat dipahami karena jawaban yang akan muncul hanya ada dua yakni, betul atau salah. Disamping itu, akan mengurangi adanya faktor lain seperti dari baik atau buruknya bentuk tulisan testee yang bisa saja memberi pengaruh pada pengoreksian.

4)   Mengoreksi hasil Multiple Choice Item Test adalah jauh lebih mudah dan lebih cepat dibandingkan bentuk tes lain. Ini disebabkan karena tersedianya pilihan jawaban yang sederhana antara A, B, C, D, atau E, sehingga pekerjaan koreksi, perhitungan dan penjumlahan skor hasil tes dapat dilakukan dalam waktu yang singkat.

5)   Dalam pengoreksiannya dapat diwakilkan pada orang lain, dengan bekal kunci jawaban saja. Bahkan lebih dari itu, dengan lembar jawaban yang sudah dipersiapkan, pekerjaan mengoreksi dapat dilakukan dengan bantuan komputer, sehingga dapat meminimalisir kesalahan dalam pengoreksian.

6)   Butir-butir soal jauh lebih mudah dianalisis dari segi kesukarannya, daya pembedanya, validitas meupun reliabilitasnya. Berdasar hasil analisis yang pada umumnya menggunakan statistik sebagai alat bantunya, akan dapat ditentukan tingga rendahnya mutu tes, disamping dapat diusahakan perbaikan-perbaikan dan penyempurnaanya, sehingga dari waktu-ke waktu butir soal tes objektif dapat ditingkaktkan mutunya dan dapat dijalankan fungsinya sebagai alat ukur hasil belajar yang baik, dan dapaat digunakan berulang-ulang.

Adapun segi-segi kekurangan yang dimiliki Multiple Choice Item Tes antara lain:

1)   Dalam penyusunan butir-butir soal tes objektif adalah tidak semudah seperti halnya tes uraian. Buaka karena jumlah butir soalnya yang cukup banyak, menyiapkan kemungkinan jawabaan yang akan dipasangkan pada setiap butir item itu juga bukan hal yang ringan.

2)   Multiple Choice Item Test pada umumnya kurang dapat mengukur atau mengunkap proses berpikir yang tinggi atau mendalam. Ia lebih banyak mengungkap daya ingat atau hafalan ketimbang daripada mengungkap tingkat kedalaman berpikir testee terhadap materi yang diujikan. Kelemahan ini terutama disebabkan pada pilihan jawaban yang pendek-pendek, hingga testee tidak terlalu dituntut untuk berpikir secara mendalam.

3)   Dengan Multiple Choice Item Test, terbuka kemungkinan bagi testee untuk bermain spekulasi, tebak terka, adu untung dalam memberikan jawaban. Kalau saja jawaban dari asal tebak tersebut betul, maka tes tersebut akan menjadi alat pengukur yang diragukan daya ketepatan mengukurnya.

4)   Cara memberikan jawaban pada Multiple Choice Item Test yang mempergunakan simbol A, B, C, D dan E yang sifatnya seragam dapat membuka peluang bagi testee untuk melakukan kerjasama yang tidak sehat dengan sesama testee lainnya. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya kekeliruan dalam pengukuran dan penilaian hasil belajar.

Sudiyono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1996.

Slameto. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara. 1984.



Kamis, 19 Mei 2011

TES OBJEKTIF BENTUK PILIHAN GANDA (Multiple Choice Item Test)


Pengertian
    Beberapa definisi tentang Tes Objektif Bentuk Pilihan Ganda (Multiple Choice Test) antara lain, merupakan tes objektif dimana masing-masing item disediakan lebih dari dua kemungkinan jawaban, dan hanya satu dari pilihan-pilihan tersebut yang benar. (Noeng Muhajir, 1981:81)
     Multiple Choice Test merupakan salah satu bentuk tes objektif yang terdiri atas pertanyaan atau pernyataan yang sifatnya belum selesai, dan untuk menyelesaikannya harus dipilih salah satu atau lebih dari beberapa kemungkinan jawab yang telah disediakan pada tiap-tiap butir soal yang bersangkutan.
    Multiple Choice Test terdiri atas suatu keterangan atau penberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap, dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan.
    Tes jenis ini pada pokoknya menghadapkan kepada siswa sejumlah alternatif jawaban, umumnya antara 3 sampai 5 alternatif untuk setiap soal dan tugas siswa adalah memilih salah satu di antara alternative tersebut berdasarkan sesuatu dasar pertimbangan tertentu (kadang-kadang sebagai variasi, tidak ditentukan harus memilih satu, tetapi dimana perlu harus memilih lebih dari satu yang dipilih, tentu saja variasi ini lebih sukar daripada variasi pilihan tunggal).
    Pada jenis tes pilihan ganda ini bentuk soal terdiri dari beberapa bagian pokok antara lain:
a.    Stem ini biasa berbentuk pertanyaan, perintah maupun kalimat tidak sempurna.
b.     Options adalah alternative-alternatif jawaban yang menyertainya atau jika diterjemahkan secara langsung berarti pilihan-pilihan. Options terbagi menjadi dua:
1)    Key atau kunci, adalah alternative jawaban yang benar.
2)    Distractors atau pengganggu/pengecoh, adalah alternative-alternatif lainnya yang bertujuan mempersulit proses pencapaian jawaban yang benar.
 
 
 
Sudiyono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1996.
Thoha, M. Chabib. Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta: CV Rajawali. 1991.


Senin, 16 Mei 2011

Kelebihan dan kekurangan penilaian portofolio


Setiap konsep atau model penilaian tentu ada kelebihan dan kekurangannya, begitu juga dengan penilaian portofolio.
Kelebihan model penilaian portofolio, antara lain sebagai berikut:
1.    Dapat melihat pertumbuhan dan perkembangan kemampuan peserta didik dari waktu ke waktu berdasarkan feed-back dan refleksi diri.
2.    Membantu guru melakukan penilaian secara adil, objektif dan dapat dipertanggungjawabkan tanpa mengurangi kreatifitas peserta didik.
3.    Mengajak peserta didik untuk belajar bertanggungjawab terhadap apa yang telah mereka kerjakan, baik dikelas maupun diluar kelas dalam rangka implementasi program pembelajaran.
4.    Meningkatkan peran serta peserta didik secara aktif dalam kegiatan pembelajaran dan penilaian.
5.    Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk meningkatkan kemampuan mereka.
6.    Dapat digunakan untuk menilai kelas yang heterogenantara peserta didik yang pandai dan kurang pandai.
Adapun kekurangan penilaian portofolio, antara lain sebagai berikut:
1.    Membutuhkan waktu dan kerja ekstra.
2.    Penilaian portofolio dianggap kurang reliable dibandingkan dengan bentuk penilaian yang lain.
3.    Ada kecenderungan guru hanya memperhatikan pencapaian akhir sehingga proses penilaian kurang mendapat perhatian.
4.    Tidak tersedianya kriteria penilaian yang jelas.
5.    Penilaian portofolio masih relatif baru sehingga banyak guru, orang tua dan pesesrta didik yang belum mengetahui dan memahaminya.
6.    Sulit dilakukan terutama menghadapi ujian dalam skala nasional.
7.    Dapat  Menjebak pesrta didik jika terlalu sering menggunakan format yang lengkap dan detail.




Minggu, 15 Mei 2011

MODEL DESAIN PEMBELAJARAN JEROLD E. KEMP



Model desain system pembelajaran yang dikemukakan oleh Jerold E. kemp dkk. (2001) berbentuk lingkaran atau Cycle. Menurut mereka, model berbentuk lingkaran menunjukkan adanya proses kontinyu dalam menerapkan desain system pembelajaran. Model desain system pembelajaran yang di kemukakan oleh kemp terdiri atas komponen-komponen sebagai berikut:
1.    Mengidentifikasi masalah dan menetapkan tujuan pembelajaran.
2.    Menentukan dan menganalisis karakteristik siswa.
3.    Mengidentifikasi materi dan menganalisis komponen-komponen tugas belajar yang terkait dengan pencapaian tujuan pembelajaran.
4.    Menetapkan tujuan pembelajaran khusus bagi siswa.
5.    Membuat sistematika penyampaian materi pelajaran secara sistematis dan logis.
6.    Merancang strategi pembelajaran.
7.    Menetapkan metode untuk menyampaikan materi pelajaran.
8.    Mengembangkan instrument evaluasi.
9.    Memilih sumber-sumber yang dapat mendukung aktifitas pembelajaran.
Model desain system pembelajaran memungkinkan penggunanya untuk memulai kegiatan desain dari komponen yang mana saja. Model ini tergolong dalam taksonomi model yang berorientasi pada kegiatan pembelajaran individual atau klasikal. Model ini dapat digunakan oleh guru untuk menciptakan proses pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas secara efektif, efisien dan menarik.
Menurut Gustafson dan Branch (2002), model desain system pembelajaran yang dikemukakan oleh Kemp dkk merupakan sebuah model yang berfokus pada perencanaan kurikulum. Model dengan pendekatan trdisional ini memprioritaskan langkah dan perspektif siswa yang akan menempuh proses pembelajaran. Factor penting yang mendasari penggunaan model desain system pembelajaran kamp, yaitu:
1.    Kesiapan siswa dalam mencapai kompetensi dan tujuan pembelajaran.
2.    Strategi pembelajaran dan karakteristik siswa.
3.    Media dan sumber belajar yang tepat.
4.    Dukungan terhadap keberhasilan belajar siswa.
5.    Menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuaan pembelajaran.
6.    Revisi untuk membuat program pembelajaran yang efektif dan efisien.