Tampilkan postingan dengan label Bahan Bahasa Arab. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bahan Bahasa Arab. Tampilkan semua postingan

Kamis, 19 Mei 2011

TES OBJEKTIF BENTUK PILIHAN GANDA (Multiple Choice Item Test)


Pengertian
    Beberapa definisi tentang Tes Objektif Bentuk Pilihan Ganda (Multiple Choice Test) antara lain, merupakan tes objektif dimana masing-masing item disediakan lebih dari dua kemungkinan jawaban, dan hanya satu dari pilihan-pilihan tersebut yang benar. (Noeng Muhajir, 1981:81)
     Multiple Choice Test merupakan salah satu bentuk tes objektif yang terdiri atas pertanyaan atau pernyataan yang sifatnya belum selesai, dan untuk menyelesaikannya harus dipilih salah satu atau lebih dari beberapa kemungkinan jawab yang telah disediakan pada tiap-tiap butir soal yang bersangkutan.
    Multiple Choice Test terdiri atas suatu keterangan atau penberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap, dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan.
    Tes jenis ini pada pokoknya menghadapkan kepada siswa sejumlah alternatif jawaban, umumnya antara 3 sampai 5 alternatif untuk setiap soal dan tugas siswa adalah memilih salah satu di antara alternative tersebut berdasarkan sesuatu dasar pertimbangan tertentu (kadang-kadang sebagai variasi, tidak ditentukan harus memilih satu, tetapi dimana perlu harus memilih lebih dari satu yang dipilih, tentu saja variasi ini lebih sukar daripada variasi pilihan tunggal).
    Pada jenis tes pilihan ganda ini bentuk soal terdiri dari beberapa bagian pokok antara lain:
a.    Stem ini biasa berbentuk pertanyaan, perintah maupun kalimat tidak sempurna.
b.     Options adalah alternative-alternatif jawaban yang menyertainya atau jika diterjemahkan secara langsung berarti pilihan-pilihan. Options terbagi menjadi dua:
1)    Key atau kunci, adalah alternative jawaban yang benar.
2)    Distractors atau pengganggu/pengecoh, adalah alternative-alternatif lainnya yang bertujuan mempersulit proses pencapaian jawaban yang benar.
 
 
 
Sudiyono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1996.
Thoha, M. Chabib. Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta: CV Rajawali. 1991.


Minggu, 15 Mei 2011

MODEL DESAIN PEMBELAJARAN JEROLD E. KEMP



Model desain system pembelajaran yang dikemukakan oleh Jerold E. kemp dkk. (2001) berbentuk lingkaran atau Cycle. Menurut mereka, model berbentuk lingkaran menunjukkan adanya proses kontinyu dalam menerapkan desain system pembelajaran. Model desain system pembelajaran yang di kemukakan oleh kemp terdiri atas komponen-komponen sebagai berikut:
1.    Mengidentifikasi masalah dan menetapkan tujuan pembelajaran.
2.    Menentukan dan menganalisis karakteristik siswa.
3.    Mengidentifikasi materi dan menganalisis komponen-komponen tugas belajar yang terkait dengan pencapaian tujuan pembelajaran.
4.    Menetapkan tujuan pembelajaran khusus bagi siswa.
5.    Membuat sistematika penyampaian materi pelajaran secara sistematis dan logis.
6.    Merancang strategi pembelajaran.
7.    Menetapkan metode untuk menyampaikan materi pelajaran.
8.    Mengembangkan instrument evaluasi.
9.    Memilih sumber-sumber yang dapat mendukung aktifitas pembelajaran.
Model desain system pembelajaran memungkinkan penggunanya untuk memulai kegiatan desain dari komponen yang mana saja. Model ini tergolong dalam taksonomi model yang berorientasi pada kegiatan pembelajaran individual atau klasikal. Model ini dapat digunakan oleh guru untuk menciptakan proses pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas secara efektif, efisien dan menarik.
Menurut Gustafson dan Branch (2002), model desain system pembelajaran yang dikemukakan oleh Kemp dkk merupakan sebuah model yang berfokus pada perencanaan kurikulum. Model dengan pendekatan trdisional ini memprioritaskan langkah dan perspektif siswa yang akan menempuh proses pembelajaran. Factor penting yang mendasari penggunaan model desain system pembelajaran kamp, yaitu:
1.    Kesiapan siswa dalam mencapai kompetensi dan tujuan pembelajaran.
2.    Strategi pembelajaran dan karakteristik siswa.
3.    Media dan sumber belajar yang tepat.
4.    Dukungan terhadap keberhasilan belajar siswa.
5.    Menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuaan pembelajaran.
6.    Revisi untuk membuat program pembelajaran yang efektif dan efisien.

KONSTRUKSI TES OBYEKTIF JENIS ISIAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB



A.  Pengertian Tes obyektif

Tes ini dikenal dengan istilah tes jawaban pendek (Short answer test), tes “ ya-tidak”, dan tes model baru (New type test), adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal (Items) yang dapat dijawab oleh testee dengan jalan memilih salah satu diantara beberapa kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada masing-masing items, atau dengan jalan menuliskan (mengisikan) jawabannya berupa kata-kata atau symbol-simbol tertentu pada tempat atau ruang yang telah disediakan untuk masing-masing butir item yang bersangkutan.

B.  Penggolongan Tes Obyektif

Sebagai salah satu jenis tes hasil belajar , yang dapat dibedakan menjadi lima golongan, yaitu:

1.   Tes obyektif bentuk Benar-Salah (True-False Test).

Tes ini dikenal dengan istilah tes obyektif bentuk “benar-salah” atau tes obyektif “ya-tidak”. Tes ini adalah salah satu bentuk tes obyektif dimana butir-butir soal yang diajukan dalam tes hasil belajar itu berupa pernyataan (Statement). Tes obyektif ini bentuknya adalah kalimat atau pernyataan yang mengandung dua kemungkinan jawaban ya atau tidak.

Keunggulan Tes Obyektif Bentuk True-False, yaitu:

a.   Pembuatannya mudah.

b.   Dapat dipergunakan berulang kali.

c.   Dapat mencakup bahan pelajaran yang luas.

d.   Tidak terlalu banyak memakan lembaran kertas.

e.   Bagi testee, cara mengerjakannya mudah.

f.    Bagi tester, cara mengoreksinya juga mudah.

Adapun Kelemahannya, yaitu:

a.   Tes obyektif bentuk true-false membuka peluang bagi testee untuk berspekulasi dalam memberikan jawaban.

b.   Sifatnya amat terbatas, dalam arti bahwa tes tersebut hanya dapat mengungkap daya ingat dan pengenalan kembali saja. Jadi sifatnya hanya hafalan.

c.   Pada umumnya tes obyektif jenis ini reliabilitasnya rendah, kecuali apabila butir-butir soalnya dibuat dalam jumlah yang banyak sekali.

d.   Dapat terjadi bahwa butir-butir soal tes obyektif jenis Ini tidak bisa dijawab dengan dua kemungkinan saja, yaitu betul atau salah, contoh:

B-S : Tes obyektif lebih baik daripada tes subyektif.

B-S : Ilmu Pengetahuan Sosial lebih berguna untuk dipelajari ketimbang Ilmu Pengetahuan Alam.

2.   Tes obyektif bentuk Menjodohkan (Matching Test).

Tes ini sering dikenal dengan istilah tes menjodohkan, tes mencari pasangan, tes menyesuaikan, tes mencocokkan dan tes mempertandingkan.

Cir-ciri Tes Obyektif bentuk Matching sebagai berikut:

a.   Tes tediri dari satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban.

b.   Tugas testee adalah mencari dan menempatkan jawaban-jawaban yang telah tersedia, sehingga sesuai atau cocok atau merupaka pasangan, atau merupakan “jodoh” dari pertanyaannya.

Keunggulan Tes Obyek Bentuk Matching, sebagai berikut:

a.   Pembuatannya mudah.

b.   Dapat dinilai dengan mudah, cepat dan obyektif.

c.   Apabila tes jenis ini dibuat dengan baik, maka factor menebak praktis dapat dihilangkan.

d.   Tes jenis ini sangat berguna untuk menilai berbagai hal, misalnya:

-     Antara problem dan penyelesaiannya.

-     Antar teori dan penemunya.

-     Antara sebab dan akibatnya.

-     Antar singkatan dan kata-kata lengkapnya.

-     Antara istilah dan definisinya.

Kelemahan Tes Obyektif Bentuk Matching, sebagai berikut:

a.   Matching tes cenderung banyak mengungakap aspek hafalan atau daya ingat saja.

b.   Karena mudah disusun, maka tes jenis ini acapkali dijadikan pelarian bagi pengajar, yaitu dipergunakan kalau pengajar tidak sempat lagi untuk membuat tes bentuk lain.

c.   Karena jawaban yang pendek-pendek,  maka tes jenis ini kurang baik untuk mengevaluasi pengertian, dan kemampuan membuat tafsiran (Interpretasi).

d.   Tanpa disengaja, dalam tes jenis ini sering menyelinap atau masuk hal-hal yang sebenarnya kurang perlu untuk diwujudkan.

3.   Tes obyektif bentuk Melengkapi (Completion Test).

Tes ini sering dikenal dengan istilah tes melengkapi atau menyempurnakan.

Ciri-ciri tes obyektif bentuk completion adalah:

a.   Tes tersebut terdiri ats susunan kalimat yang bagian-bagiannya sudah dihilangkan.

b.   Bagian-bagian yang dihilangkan itu diganti dengan titi-titik (………..).

c.   Titik itu harus di isi atau dilengkapi atau disempurnakan oleh testee dengan jawaban –( yang oleh tester)—telah dihilangkan.

Keunggulan tes obyektif bentuk  completion, adalah :

a.   Tes model ini sangat mudah penyusunannya.

b.   Jika dibandingkan dengan tes obyektif bentuk fill in, tes ini lebih menghemat tempat(menghemat kertas).

c.   Jika bahan yang disajikan cukup banyak dan beragam, maka persyaratan komperhensif dapat dipenuhi oleh tes model ini.

d.   Tes ini dapat digunakan untuk mengukur berbagai taraf kompetensi dan tidak sekedar mengungkap taraf pengenalan atau hafalan saja.

Kekurangan tes obyektif bentuk completion adalah:

a.   Pada umumnya tester lebih cenderung menggunakan tes model ini untuk mengungkap daya ingat atau aspek hafalan saja.

b.   Dapat terjadi bahwa butir-butir item kurang relevan untuk diujikan.

c.   Karena pembuatannya mudah, sehingga tester sering kurang hati-hati dalam menyusun kalimat soalnya.

4.   Tes obyektif bentuk Isian (Fill In Test).

Tes ini biasanya berbentuk cerita atau karangan . Kata-kata penting dalam cerita atau karangan itu beberapa diantaranya dikosongkan, sedang tugas testee adalah mengisi bagian-bagian yang telah dikosongkan itu.

Keunggulan :

a.   Dengan menggunakan tes ini, maka masalah yang diujikan tertuang secara keseluruhan dalam konteksnya.

b.   Butir-butir tes ini berguna sekali untuk mengungkap pengetahuan testee secara utuh mengenai suatu bidang.

c.   Cara penyusunan itemnya mudah.

Kelemahan:

a.   Tes ini cenderung lebih banyak mengungkap aspek pengetahuan atau pengenalan saja.

b.   Jika  tes tertuang dalam bentuk cerita, maka tes ini umumnya banyak memakan tempat.

c.   Tes ini sifatnya kurang komperhensif karena hanya dapat mengungkap sebagian saja dari bahan yang seharusnya diteskan.

d.   Terbuka peluang bagi testee untuk bermain tebak terka.

5.   Tes obyektif bentuk Pilihan Ganda (Multiple Choice Item Test).

Tes ini sering dikenal dengan istilah tes obyektif bentuk pilihan ganda, yaitu salah satu bnetuk tes obyektif yang terdiri atas pertanyaan atau perntyataan yang sifatnya belum selesai, dan untuk menyelesaikannya harus dipilih salah satu (lebih) dari beberapa kemungkinan jawab yang telah disediakan pada tiap-tiap butir soal yang telah disediakan.

Tes ini dikatakan objektif karena para siswa tidak dituntut merangkai jawaban atas dasar informasi yang dimilikinya seperti pada tes esay. Pada tes jenis ini, jawabab pada umumnya sudah disediakan atau sudah diarahkan dan lebih bersifat pasti.

Secara garis besar tes objektif dapat dibedakan menjadi tiga kelompok:

a.   Tes jawaban bebas atau jawaban terbatas, mengungkapkan kemauan siswa

b.   Tes melengkapi mengungkap kemampuan siswa dengan memberikan spasi atau ruang kosong untuk diisi dengan jawaban (kata) yang tepat.

c.   Tes asosiasi, mengungkap kemampuan siswa dengan menyediakan spasi yang diisi dengan satu jawaban atau lebih, dimana jawaban tersebut masih memiliki keterkaitan dan bersifat homogen antara satu dengan lainnya.

Kemiripan dari ketiga tes di atas adalah :

1.   Masing-masing tes memerlukan hafalan dari para siswa.

2.   Masing-masing menuntut jawaban singkat dari para siswa.

3.   Masing-masing tes pada umumnya direncanakan untuk mengungkap pemikiran siswa tentang materi pembelajaran yang dikategorikan sebagai definisi atau batasan, pengetahuan tentang fakta dan prinsip-prinsip pengetahuan.

Perbedaan dari ketiga tes di atas terutama dilihat dari format atau bentuk tesnya. Tes jawaban singkat atau bebas merupakan yang item-itemnya dibuat dalam bentuk pertanyaan. Tes melengkapi bentuk itemya memiliki satu spasi atau ruang kosongdan harus dijawab siswa, dan tes asosiasi memiliki ruang kosong yang diisi dengan jawaban yang memiliki kaitan satu dengan lainnya.

Tes objektif jenis isian ini masih berkaitan dengan tes esai, karena tes ini masih menuntut jawaban bebas dan singkat dari para siswa. Namun, karena tes tersebut hanya memberikan kesempatan kepada siswa menjawab dengan satu kata dan biasanya telah terikat dalam definisi, fakta, dan atau prinsip-prinsip pengetahuanmaka tes tersebut disebut sebagai tes objektif jenis isian.

 

Senin, 18 April 2011

Prosedur Pengembangan Buku Bahan Ajar Bahasa Arab

    Dalam pengembangan bahan ajar bahasa arab terdapat 4 langkah sebagai berikut:
1.    Analisis
        Pada tahap analisis ini, yang dilakukan adalah mengumpulkan informasi berkaitan dengan matapelajaran yang akan dikembangkan dan silabusnya, juga mengumpulkan informasi tentang karakteristik awal siswa.
        Sebelum memulai proses pengembangan, tahap pertama yang dilakukan adalah menentukan materi apa yang akan dikembangkan. Setelah ditetapkan, langkah selanjutnya adalah menganalisis silabus untuk diidentifikasi pokok-pokok bahasannya, dan mengenali karakteristik siswa sebagai pengguna buku bahan ajar bahasa arab yang akan dikembangkan. Mengidentifikasi tingkah laku dan karakteristik siswa adalah penting sekali untuk dipertimbangkan dalam rangka merancang kegiatan-kegiatan pembelajaran.
        Beberapa hal yang perlu diidentifikasi, khususnya yang berkaitan dengan siswa sebagai pengguna buku bahan ajar bahasa arab adalah:
a.    Kondisi dimana sumber belajar berupa buku ajarditerapkan,
b.    Siapa yang menggunakan buku ajar, dan
c.    Untuk kelas atau tingkat berapa buku ajar itu digunakan.

2.    Perancangan
        Pada tahap ini, langkah-langkah yang harus ditempuh adalah:
a.    Menganalisis dan merumuskan tujuan pembelajaran
    Menurut Dick dan Carey (1990) tujuan pembelajaran yang telah diidentifikasi perlu dianalisis guna mengenali ketrampilan bawaan (sub ordinate skills) yang mengharuskan siswa menguasainya dan langkah-langkah procedural yang ada, yang harus diikuti untuk dapat belajar tertentu, atau dengan kata lain pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang harus diberikan lebih dahulu dari yang lain, dapat ditentukan dari hasil analisis pembelajaran ini.
    Langkah-langkah dalam melakukan analisis tujuan pembelajaran meliputi:
1.    Menuliskan perilaku umu sebagaimana tertera dalam pembelajaran umum
2.    Menuliskan perilaku khusus yang menjadi bagian dari perilaku umum tersebut
3.    Menyusun perilaku khusus tersebut ke dalam suatu bagan
4.    Menambah perilaku khusus tersebut atau mengurangi (jika perlu)
5.    Meneliti kemungkinan menghubungkan perilaku yang satu dengan yang lain atau perilaku-perilaku khusus yang berada dibawah perilaku umum yang berbeda.
    Terdapat empat unsur yang dapat memberikan petunjuk kepada pendidik atau penyusun tes agar ia dapat mengembangkan tes yang benar-benar dapat mengukur perilaku siswa. Unsur-unsur tersebut dikenal dengan istilah A,B,C,D yaitu:
A= Audince, artinya siapa yang akan belajar. B=Behavior, artinya perilaku khusus yang akan dimunculkan oleh siswa setelah selesai proses belajar mengajar. C=Condition, artinya keadaan yang harus dipenuhi pada saat proses belajar-mengajar berlangsung dan atau keadaan atau alat yang digunakan siswa pada saat ia di tes, bukan pada saat ia belajar. D=Degree, artinya tingkat keberhasilan yang harus dipenuhi oleh siswa.   
b.    Mengembangkan butir-butir tes
    Penyusunan butir-butir tes perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Berdasarkan criteria yang dirumuskan dalam tujuan khusus pembelajaran atau indicator keberhasilan,
1.    Berdasarkan muatan materi pada pokok bahasan yang akan dikembangkan dalam penyusunan pertanyaan,
2.    Memperhatikan kesesuaian butir soal dengan tujuan khusus pembelajaran atau indicator keberhasilan,
3.    Membuat bentuk-bentuk soal dan menyusunnya
4.    Menulis petunjuk, dan
5.    Mengerjakan soal-soal yang menghasilkan kunci jawaban.
Hasil akhir dari langkah ini adalah seperangkat soal-soal latihan dan soal-soal tes yang dapat digunakan untuk mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang sudah dipelajarinya. Didalam pembelajaran selanjutnya butir-butir soal ini akan dikembangkan menjadi soal-soal latihan, tugas-tugas, soal-soal tes sumatif atau formatif.
c.    Mengembangkan strategi pembelajaran
    Dalam strategi pembelajaran, terdapat lima komponen utama yang akan menjadi focus, yaitu: 1) Kegiatan pembelajaran, 2) penyajian atau penyampaian informasi, 3) peran serta siswa, 4) pengetesan, dan 5) tindak lanjut.
    Untuk meningkatkan efektivitas penggunaannya, buku ajar disusun dengan dilengkapi beberapa komponen pendukung pembelajaran, yaitu:1) petunjuk cara mempelajari uraian pada setiap isi topic, 2) tujuan pembelajaran setiap topikdan sub topic, 3) daftar bacaan yang relevan, dan 4)soal-soal latihan.
d.    Mengembangkan media pembelajaran
    Media dan sumber belajar menurut pannen (2003:2.20) adalah alat dan cara untuk memfasilitasi, mempermudah proses belajar siswa, serta membuat proses belajar menjadi lebih menyenangkan dan menarik bagi siswa.
    Media dan sumber belajar yang dapat dipilih untuk paket bahan ajar pembelajaran bahasa arab antara lain: bitaqah al-mufrodat al-mushawaroh, poster, kaset, CD, VCD, dll.  
e.    Mengembangkan materi pembelajaran
    Materi pembelajarandikembangkan dalam bentuk buku ajar yang dilakukan dengan beberapa langkah sebagai berikut:
a.    Memilih dan mengumpulkan materi pembelajaran yang ada dan relevan untuk digunakan,
b.    Menyusun materi sesuai dengan urutan kegiatan pembelajaran,
c.    Mengidentifikasi materi-materi yang diperoleh dan yang tidak diperoleh dari buku, dan
d.    Menyusun program pengajaran.
    Sebagai langkah awal dalam mengembangkan materi adalah memilih dan menentukan topic dan  judul, langkah pemilihan topic mata pelajaran mengacu pada kurikulum dan analisis instruksional, kemudian membuat peta konsep yang akan menjadi landasan ruang lingkup uraian topic mata pelajaran dalam bahan ajar bahasa arab.
     
3.    Penulisan dan Penyusunan Materi
        Penyusunan, pemilihan dan penulisan bahan pembelajaran berupa buku ajar meliputi:
a.    Menyusun dan menulis petunjuk
   
b.    Menyusun dan menulis tujuan pembelajaran
c.    Menyusun dan menulis uraian materi pelajaran
d.    Menyusun dan menulis soal-soal, latihan-latihan, tes dan kunci jawaban,
e.    Menyususn dan menulis daftar mufrodat.

4.    Evaluasi