Tampilkan postingan dengan label Kurikulum Pendidikan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kurikulum Pendidikan. Tampilkan semua postingan

Jumat, 27 Mei 2011

Awal Perdebatan Islam dan Negara di Indonesia.


Wacana tentang makna, penafsiran dan fungsi pancasila telah menjadi perdebatansepanjang sejarah perpolitikan Indonesia, setidaknya sejak bangsa ini merdeka, perdebatan ini selalu menjadi aktual di kalangan akademisi dan politisi Indonesia sampai saat ini. Apalagi didorong dengan lahirnya beberapa Partai Islam, permintaan diberlakukannya syariat Islam di Aceh (NAD), munculnya teroris-teroris yang  berkedok Islam, laskar serta organisasi yang bernafaskan Islam kanan, di antaranya Laskar Jihad, Hizbu Tahrer, Jaringan Islamiyah dan Front Pembela Islam (FPI). Selain itu yang paling jelas menjadi indikator perlunya kejelasan relasi Islam dan negara dalam kehidupan berbangsa terlihat pada menguatnya ide-ide pencantuman Syari‘at Islam dalam amandemen UUD 45 setiap ST MPR hasil pemilu 1999.
 
Hal ini juga sering terjadi dalam wacana politik Indonesia di penghujung tahun 1990-an yang juga sibuk memperdebatkan ideologi dan peristiwa-peristiwa politik yang pernah terjadi dalam sejarah bangsa ini, di antaranya mengenai hubungan Islam dan negara, peran ABRI dalam politik, dan bentuk demokrasi yang sesuai dengan negara ini.

    Untuk memperjelas tahap-tahap perjuangan umat Islam Indonesia dalam merespon perdebatan Islam dan negara. M. Rusli Karim membagi menjadi empat tahap. Tahap pertama, 1912 hinggga proklamasi kemerdekaan, tahap kedua 1945-1955, tahap ketiga, 1955-1965 dan tahap keempat 1965 sampai sekarang. Perdebatan ini mulai aktual sejak dibentuknya Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) sebagai upaya persiapan kemerdekaan yang diharapkan, dan telah disetujui oleh pemerintahan Jepang. Hal ini juga dinyatakan dalam pidato Perdana Menteri Kuniaki Koiso kepada Parlemen Jepang pada tahun 1944 yang menjanjikan kemerdekaan Indonesia dalam "waktu dekat".
 
Akan tetapi kalau kita teliti lebih dalam bahwa persinggungan antara Islam dan negara di Nusantara ini sudah berlangsung lama sebelum Indonesia merdeka yakni di bawah tekanan kolonial Belanda dan Jepang, namun demikian untuk melacak isu tentang istilah negara Islam di Indonesia bukanlah suatu pekerjaan mudah, karena sejauh ini yang diketahui hanyalah pemimpin-pemimpin Sarekat Islam (SI) seperti Surjopronoto dan Dr. Sukiman Wirjosandjojo yang telah mewacanakan suatu kekuasaan atau pemerintahan Islam di akhir tahun 1920-an. Saat itu Surjopronoto menggunakan tema een Islamietsche regeering (Suatu Pemerintahan Islam) sementara Sukiman memakai istilah een eigen Islamietisch bestuur onder een eigen vlag (Suatu kekuassan Islam di bawah benderanya sendiri) semua ini digunakan untuk menciptakan kekuasaan Islam di Indonesia yang substansinya sebagai alat mencapai kemerdekaan
 
Barangkali wacana dan teori tentang Negara Islam ini belum banyak ditulis secara terperinci oleh pemimpin Islam pada saat itu, sehingga dalam sidang BPUPKI pada 1945 wacana ini terkesan begitu aktual diperdebatkan karena secara resmi peristiwa ini muncul pertama kalinya dalam panggung politik Indonesia.

Minggu, 22 Mei 2011

Kelebihan dan Kekurangan Multiple Choice Test


            Setiap bentuk tes yang akan digunakan sebagai alat evaluasi masing-masing selalu mempunyai kelebihan dan kekurangan dalam penggunaannya. Untuk bentuk     Multiple Choice Test pun terdapat kelebihan dan kekurangan yang akan ditemui.

            Di antara kelebihan-kelebihan yang dimiliki Multiple Choice Item Test, ialah:

1)   Tes obyektif sifatnya lebih representatif dalam hal mencakup dan mewakili materi yang telah diajarkan kepada peserta didik. Hal ini dapat dipahami dengan melihat kenyataan bahwa butir-butir soal yang dikeluarkan dalam bentuk tes objektif itu jumlahnya cukup banyak.

2)   Dari soal yang banyak tersebut, maka berbagai aspek psikologis yang seharusnya diungkap lewat tes hasil belajar, seperti aspek pengetahuan, aspek pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan lain-lain, dapat dicakup dan diungkap secara lengkap melalui tes hasil belajar tersebut.

3)   Tes objektif lebih memungkinkan badi tester untuk bertindak lebih objektif, baik dalam mengoreksi lembar-lembar maupun dalam menentukan nilai hasil tesnya. Ini dapat dipahami karena jawaban yang akan muncul hanya ada dua yakni, betul atau salah. Disamping itu, akan mengurangi adanya faktor lain seperti dari baik atau buruknya bentuk tulisan testee yang bisa saja memberi pengaruh pada pengoreksian.

4)   Mengoreksi hasil Multiple Choice Item Test adalah jauh lebih mudah dan lebih cepat dibandingkan bentuk tes lain. Ini disebabkan karena tersedianya pilihan jawaban yang sederhana antara A, B, C, D, atau E, sehingga pekerjaan koreksi, perhitungan dan penjumlahan skor hasil tes dapat dilakukan dalam waktu yang singkat.

5)   Dalam pengoreksiannya dapat diwakilkan pada orang lain, dengan bekal kunci jawaban saja. Bahkan lebih dari itu, dengan lembar jawaban yang sudah dipersiapkan, pekerjaan mengoreksi dapat dilakukan dengan bantuan komputer, sehingga dapat meminimalisir kesalahan dalam pengoreksian.

6)   Butir-butir soal jauh lebih mudah dianalisis dari segi kesukarannya, daya pembedanya, validitas meupun reliabilitasnya. Berdasar hasil analisis yang pada umumnya menggunakan statistik sebagai alat bantunya, akan dapat ditentukan tingga rendahnya mutu tes, disamping dapat diusahakan perbaikan-perbaikan dan penyempurnaanya, sehingga dari waktu-ke waktu butir soal tes objektif dapat ditingkaktkan mutunya dan dapat dijalankan fungsinya sebagai alat ukur hasil belajar yang baik, dan dapaat digunakan berulang-ulang.

Adapun segi-segi kekurangan yang dimiliki Multiple Choice Item Tes antara lain:

1)   Dalam penyusunan butir-butir soal tes objektif adalah tidak semudah seperti halnya tes uraian. Buaka karena jumlah butir soalnya yang cukup banyak, menyiapkan kemungkinan jawabaan yang akan dipasangkan pada setiap butir item itu juga bukan hal yang ringan.

2)   Multiple Choice Item Test pada umumnya kurang dapat mengukur atau mengunkap proses berpikir yang tinggi atau mendalam. Ia lebih banyak mengungkap daya ingat atau hafalan ketimbang daripada mengungkap tingkat kedalaman berpikir testee terhadap materi yang diujikan. Kelemahan ini terutama disebabkan pada pilihan jawaban yang pendek-pendek, hingga testee tidak terlalu dituntut untuk berpikir secara mendalam.

3)   Dengan Multiple Choice Item Test, terbuka kemungkinan bagi testee untuk bermain spekulasi, tebak terka, adu untung dalam memberikan jawaban. Kalau saja jawaban dari asal tebak tersebut betul, maka tes tersebut akan menjadi alat pengukur yang diragukan daya ketepatan mengukurnya.

4)   Cara memberikan jawaban pada Multiple Choice Item Test yang mempergunakan simbol A, B, C, D dan E yang sifatnya seragam dapat membuka peluang bagi testee untuk melakukan kerjasama yang tidak sehat dengan sesama testee lainnya. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya kekeliruan dalam pengukuran dan penilaian hasil belajar.

Sudiyono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1996.

Slameto. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara. 1984.



Kamis, 19 Mei 2011

TES OBJEKTIF BENTUK PILIHAN GANDA (Multiple Choice Item Test)


Pengertian
    Beberapa definisi tentang Tes Objektif Bentuk Pilihan Ganda (Multiple Choice Test) antara lain, merupakan tes objektif dimana masing-masing item disediakan lebih dari dua kemungkinan jawaban, dan hanya satu dari pilihan-pilihan tersebut yang benar. (Noeng Muhajir, 1981:81)
     Multiple Choice Test merupakan salah satu bentuk tes objektif yang terdiri atas pertanyaan atau pernyataan yang sifatnya belum selesai, dan untuk menyelesaikannya harus dipilih salah satu atau lebih dari beberapa kemungkinan jawab yang telah disediakan pada tiap-tiap butir soal yang bersangkutan.
    Multiple Choice Test terdiri atas suatu keterangan atau penberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap, dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan.
    Tes jenis ini pada pokoknya menghadapkan kepada siswa sejumlah alternatif jawaban, umumnya antara 3 sampai 5 alternatif untuk setiap soal dan tugas siswa adalah memilih salah satu di antara alternative tersebut berdasarkan sesuatu dasar pertimbangan tertentu (kadang-kadang sebagai variasi, tidak ditentukan harus memilih satu, tetapi dimana perlu harus memilih lebih dari satu yang dipilih, tentu saja variasi ini lebih sukar daripada variasi pilihan tunggal).
    Pada jenis tes pilihan ganda ini bentuk soal terdiri dari beberapa bagian pokok antara lain:
a.    Stem ini biasa berbentuk pertanyaan, perintah maupun kalimat tidak sempurna.
b.     Options adalah alternative-alternatif jawaban yang menyertainya atau jika diterjemahkan secara langsung berarti pilihan-pilihan. Options terbagi menjadi dua:
1)    Key atau kunci, adalah alternative jawaban yang benar.
2)    Distractors atau pengganggu/pengecoh, adalah alternative-alternatif lainnya yang bertujuan mempersulit proses pencapaian jawaban yang benar.
 
 
 
Sudiyono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1996.
Thoha, M. Chabib. Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta: CV Rajawali. 1991.


Senin, 16 Mei 2011

Prinsip-Prinsip dan Karateristik Penilaian Portofolio


Dalam proses pelaksanaan penilaian portofolio prinsip-prinsipnya terbagi menjadi delapan macam yaitu sebagai berikut:
1.    Saling Percaya
Penilaian portofolio adalah penilaian yang melibatkan siswa secara aktif sebagai pihak yang dievaluasi, oleh karena itu antara guru sebagai evaluator dan siswa sebagai pihak yang dievaluasi harus saling percaya. Karena ini sebagai 
Umpan balik bagi dirinya sendiri untuk meningkatkan kemapuan dan rasa percaya dirinya.
2.    Keterbukaan
     Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan secara terbuka, dalam artian guru sebagai evaluator bukan hanya berperan sebagai orang yang memberikan nilai atau kritik, tetapi siswa yang memperoleh kritikan juga harus tahu mengapa kritikan itu muncul.
3.    Kerahasiaan
Kerahasiaan sebuah dokumen setiap siswa harus terjaga, dengan tujuan menjaga kepercayaan masing-masing siswa. Setiap komentar guru yang diberikan terhadap siswa harus langsung kepada yang bersangkutan. Hal ini untuk menjaga perasaan siswa agar siswa tidak memiliki kesan direndahkan dan dipermalukan di depan teman-temannya. Lebih-lebih komentarnya tentang kemampuannya dan pribadinya.
4.    Milik bersama
Antara guru dan peserta didik harus merasa bahwa evidence portofolio adalah milik bersama, oleh karena itu semua pihak harus saling menjaganya secara baik.

Rabu, 04 Mei 2011

Dinamika kelas

Dinamika kelas ini dipengaruhiberbagai komponen yang sangat disiyaratkan dalam pengelolaan kelas yaitu :
1) Kegiatan administrasi manajemen
a) Perencanaan kelas
Kurikulum sebagai program umum harus diterjemahkan menjadi program-program yang kongkrit dengan mengkaitkannya menurut waktu yang tersedia, yang dapat berbentuk program tahunan, program semester atau caturwulan, program bulanan, program mingguan dan bahkan mungkin pula berupa program harian
b) Pengorganisasian kelas
Program kelas sebagai rencana kerja harus bersifat program kelas sebagai rencana kerja harus bersifat realistis dalam arti benar-benar dapat dilaksanakan dan dengan tujuan yang realistis pula dalam arti benar-benar dapat diwujudkan.
c) Pengarahan kelas
Setelah program dan organisasi disusun, selanjutnya kegiatan dilaksanakan. Pelaksanaan kegiatan itu harus diusahan untuk tidak menyimpang dari rencana atau program yang sudah disesun.
d) Koordinasi kelas
Kordinasi kelas diwujudkan dengan menciptakan kerjasama yang didasari saling pengertian akan tugas dan peranan masing-masing.kordinasi yang efektif memungkinkan setiap personal menyampaikan saran-saran dan pendapat-pendapat dan gagasan-gagasan baik dalam bidang kerjaannya sendiri maupun kerjaan orang lain.