Selasa, 26 April 2011

TAHAPAN PROSES KONSELING


Adapun teknik-teknik yang dipakai dalam membentuk dan menyelenggarakan proses konseling pada umumnya disebut teknik umum. Sedangkan teknik khusus yaitu teknik-teknik yang diterapkan untuk membina kemampuan tertentu pada diri klien.

Terdapat tujuh langkah proses konseling dan psikoterapi yang dijelaskan dalam Brammer and Shostrom, yaitu:

 Tahap 1: membangkitkan minat dan membahas perlunya bantuan pada diri klien
Tujuan tahap ini adalah memungkinkan klien merumuskan dan mengemukakan masalahnya dan mengetahui sejauh mana klien menyadari perlunya bantuan dan menyiapkan dirinya dalam proses konseling. Klien pada tingkat awal seringkali merasakan tidak kuat memikul masalah yang dihadapinya. Klien mungkin saja akan menyalahkan orang lain, atau pola berpikirnya. Jarang sekali mereka dapat membuat suatu komitmen dengan sengaja dalam memecahkan masalahnya dengan cara yang bertanggung jawab. Strategi yang dapat digunakan: menyambut klien dengan hangat, mengikuti pernyataan klien dan mengamati secara tidak langsung pesan-pesan melalui tingkah laku non-verbal, selanjutnya membantu klien menjelaskan inti masalah yang dialaminya. Sangat penting untuk menyadari bahwa klien pada awalnya merasa ragu-ragu dalam mengambil suatu bentuk usaha konseling sejak ini mereka melibatkan dirinya untuk mengadakan perubahan.
 Tahap 2: membina hubungan

Tujuan dari tahap ini adalah membangun suatu hubungan yang ditandai oleh adanya kepercayaan klien atas dasar kejujuran dan keterbukaan. Strategi dari proses ini sebagian besar bergantung dengan sampai sejauh mana para konselor dapat memanfaatkan diri sendiri dan meningkatkan keterampilan yang dimilikinya dalam menerapkan teknik-teknik hubungan seperti mendengarkan serta merefleksikan. Suksesnya konseling ditentukan oleh: keahlian, kemenarikan dan layak untuk dipercayai.

 Tahap 3: menetapkan tujuan konseling dan menjelajahi berbagai alternative yang ada
Tujuan dari tahap ini adalah membahas bersama klien apa yang diinginkannya dalam proses konseling. Klien diajak untuk merumuskan tujuan berkaitan dengan permasalahannya. Pembicaraan ini dapat mencegah adanya kemungkinan beberapa tujuan yang kurang realistis dan timbulnya bermacam-macam harapan oleh karena kegagalan, dimana konselor memiliki pandangan yang kuat untuk mengubah tingkah laku klien atau membahagiakannya. Tujuan prose yang lainnya ialah untuk memperoleh suatu pemahaman yang jelas siapa klien itu sesungguhnya. 

 Tahap 4: bekerja dengan masalah dan tujuan
Tujuan dari tahap ini adalah ditentukan oleh masalah klien, pendekatan dan teori yang digunakan konselor, keinginan klien dan gaya komunikasi yang dibangun oleh keduanya. Beberapa kegiatan dalam tahap ini: klarifikasi sifat dasar masalah dan memilih strategi, proses problem solving, penyelidikan perasaan klien lebih jauh, nilai dan batas pengekspresian perasaan, mengekpresikan perasaan dalam model aktualisasi.
 Tahap 5 : Membangkitkan kesadaran klien untuk berubah

Pada tahap kelima ini hal yang penting konselor mulai bekerja dari pembahasan perasaan sampai memiliki kesadaran, hal ini bertujuan untuk membantu klien memperoleh kesadaran yang dibutuhkan dalam mencapai tujuan mereka selama mengikuti proses konseling. Bermacam-macam istilah telah dipergunakan untuk menggambarkan langkah ini, tetapi istilah yang paling sesuai adalah mempermudah kesadaran. Kesadaran diartikan pengetahuan diri (self knowledge) dari apa yang dilihat, didengarkan, dan dirasakan oleh seseorang. Proses melibatkan peristiwa yang dialaminya kembali dan melihat peristiwa kehidupan seseorang dalam suatu rangkaian yang berbeda-bedadengan lebih jelas, lebih terintegrasi dan lebih luas daripada sebelumnya.
 Tahap 6 : merencanakan arah kegiatan

Tujuannya adalah membantu klien untuk menempatkan ide-ide dan kesadaran baru yang ditemukan ke dalam tindakan kehidupan sesungguhnya dalam rangka mengaktualisasikan model dan untuk menemukan ide-ide baru dan kesadaran ke dalam kegiatan yang nyata dalam hidupnya.
 Tahap 7 : Evaluasi hasil dan mengakhiri konseling

Kriteria utama keberhasilan konseling dan indikator kunci mengakhiri proses konseling dan terapi adalah sejauh mana klien mencapai tujuan konseling. Bagi mereka yang berkecimpung dalam profesi menolong orang lain, ada kecenderungan alamiah untuk terlalu terbenam dalam upaya menolong orang. Mereka melaksanakan tugas mereka dengan keyakinan bahwa mereka harus berusaha memecahkan setiap masalah klien dan memberi kepastian hidup bagi orang-orang yang mencari pertolongan mereka. Keyakinan dan sikap ini tidak begitu bermanfaat sebab dapat sangat membebani si penolong. Sikap ini juga meremehkan posisi klien karena ia terpaksa merasa harus ditolong sepenuhnya. Lebih baik berpandangan bahwa orang-orang yang bermasalah tidak butuh mendapatkan "kepastian". Demikian juga tidak selalu bahwa mereka menginginkan masalah-masalah mereka dipecahkan.

    Dalam semua proses yang dikemukakan, konselor sangat dibutuhkan keterlibatannya untuk membantu pengembangan pemahaman diri klien dalam beberapa masalah tertentu. Konselor dan klien akan bekerja bersama-sama dalam mengadakan sintesis proses penilaian dan klien secara individual mengkaji ke dalam suatu rencana kegiatan atau pilihan. 

Tidak ada komentar: