TUGAS DEMONSTRASI
KONTEKSTUAL MODUL 1.4
KESIMPULAN DAN REFLEKSI
Oleh: Siti Anisah Nayyiroh, S.Pd
CGP Angkatan 08 Kelas 073 A
PANDUAN TUGAS
A. Buatlah sebuah kesimpulan mengenai
peran Anda dalam menciptakan budaya positif di sekolah dengan menerapkan
konsep-konsep inti seperti disiplin positif, motivasi perilaku manusia (hukuman
dan penghargaan), posisi kontrol restitusi, keyakinan sekolah/kelas, segitiga restitusi dan
keterkaitannya dengan materi sebelumnya yaitu Filosofi Pendidikan Nasional Ki
Hadjar Dewantara, Nilai dan Peran Guru Penggerak, serta Visi Guru Penggerak.
Jawaban:
Budaya positif di sekolah sangatlah penting untuk mengembangkan karakter murid yang sesuai dengan profil pelajar pancasila. Membangun budaya positif di sekolah merupakan salah satu wujud dari upaya guru untuk melaksanakan pendidikan yang berpihak yang sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara. Guru harus mampu berperan sebagai pemimpin yang baik dalam pembelajaran sehingga dapat menerapkan prakarsa perubahan sesuai visi atau nilai nilai kebajikan yang telah disepakati, sehingga budaya positif sebagai bentuk pendidikan yang berpihak pada murid dapat terlaksana dengan baik.
Di dalam modul 1.4, saya sudah
mempelajari hal apa saja yang perlu kita pahami dalam menerapkan budaya
positif. Salah satunya dengan memahami makna kata disiplin secara positif,
bahwa disiplin yang baik adalah yang berasal dari diri sendiri. Manusia yang
mempunyai disiplin diri yang baik akan mampu bertanggung jawab terhadap apa
yang dilakukannya karena mereka mendasarkan tindakan mereka pada nilai-nilai
kebajikan universal. Nilai-nilai kebajikan universal sendiri telah
diperkenalkan di modul 1.2 yang berarti nilai-nilai kebajikan yang disepakati
bersama, lepas dari suku bangsa, agama, bahasa maupun latar belakangnya. Salah
satunya adalah nilai-nilai kebajikan yang ingin dicapai oleh setiap anak
Indonesia yang kita kenal dengan Profil Pelajar Pancasila.
Kemudian, seorang guru dapat mulai
menerapkan budaya positif melalui kegiatan membuat keyakinan kelas yang
disepakati bersama murid. Dengan menyepakati keyakinan kelas, murid akan
belajar untuk memahami arti nilai kebajikan universal yang sesungguhnya, tidak
hanya sebatas peraturan kelas saja. Murid diharapkan dapat lebih tergerak dan
bersemangat untuk menjalankan keyakinannya, daripada hanya sekadar mengikuti
serangkaian peraturan tertulis tanpa paham makna maupun nilai kebajikan di
dalamnya.
Dulu sebelum saya ikut program
pendidikan guru penggerak, saya belum terlalu memahami bagaimana cara yang
tepat untuk menangani murid yang sedang mempunyai suatu masalah. Setiap kali
ada murid yang berbuat salah, saya cenderung untuk memberikan hukuman atau
memarahi murid tersebut. Tapi setelah saya menyelesaikan modul 1.4 ini, saya
belajar bahwa banyak yang hal yang perlu dipahami seorang guru sebelum menindaklanjuti
suatu permasalahan yang sedang dialami oleh murid. Manusia memiliki 5 kebutuhan dasar yang harus
dipenuhi, antara lain: bertahan hidup, kasih sayang dan rasa diterima,
kebebasan, kesenangan dan penguasaan. Jika seorang guru memahami hal ini, maka
dia pasti bisa melihat bahwa setiap kali seorang murid melakukan hal negatif,
itu disebabkan karena dia tidak bisa memenuhi kebutuhan dasarnya dengan tepat.
Saya juga menyadari bahwa hukuman
bukanlah suatu hal yang tepat untuk diberikan kepada murid ketika mereka sedang
berada dalam masalah, karena hukuman itu bukanlah sesuatu yang mendidik.
Hukuman tidak akan membuat murid belajar dari kesalahan yang telah diperbuat.
Lain halnya jika kita melakasanakan segitiga restitusi, murid bisa mendapatkan
kesempatan untuk dibimbing dan memahami masalah yang terjadi sekaligus belajar
menyelesaikan permasalahan yang telah diperbuat. Dalam melaksanakan restitusi,
guru memiliki 5 posisi kontrol, yaitu penghukum, pembuat rasa bersalah, teman,
pemantau dan manajer. Menurut saya,
posisi kontrol guru yang terbaik adalah sebagai manajer karena guru mampu
mengembalikan identitas positif murid dengan mengajukan pertanyaan bermakna
yang dapat membuka pikiran murid. Guru juga membimbing murid untuk memecahkan
masalahnya secara mandiri.
B. Buatlah sebuah refleksi dari
pemahaman Anda atas keseluruhan materi Modul Budaya Positif ini dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
1. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep inti yang telah Anda
pelajari di modul ini, yaitu: disiplin positif, teori kontrol, teori motivasi, hukuman dan penghargaan,
posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga
restitusi. Adakah hal-hal yang menarik untuk Anda dan di luar dugaan?
Jawaban:
-
Disiplin
Positif
Disiplin yang baik adalah yang datang
dari dalam diri sendiri. Disiplin sebagai bentuk kontrol diri, yaitu belajar untuk
kontrol diri agar dapat mencapai suatu tujuan mulia. Tujuan mulia di sini
mengacu pada nilai-nilai atau prinsip-prinsip mulia yang dianut seseorang. Kita
namakan nilai-nilai tersebut sebagai nilai-nilai kebajikan (virtues) yang
universal
-
Teori
Kontrol
Pada dasarnya, kita tidak dapat
memaksa murid untuk berbuat sesuatu jika murid tersebut memilih untuk tidak
melakukannya. Semua perilaku memiliki tujuan. Penguatan positif tidak selalu
efektif. Perilaku orang dewasa yang suka memaksa tidak akan efektif untuk
jangka panjang
-
Teori
Motivasi, Hukuman dan Penghargaan
Hukuman
bersifat tidak terencana, anak tidak tahu apa yang akan terjadi dan juga tidak
dilibatkan. Hukuman bersifat satu arah tanpa melalui kesepakatan dengan guru. Disiplin
dalam bentuk konsekuensi sudah terencana dan disepakati, dilaksanakan dalam
jangka waktu tertentu, murid dibuat dalam kondisi tidak nyaman dan ada data
yang dapat diukur.
-
Posisi
Kontrol Guru
Melaksanakan
program disiplin positif yang berpusat pada murid dengan menggunakan pendekatan
restitusi yang disebut 5 posisi kontrol (Penghukum, pembuat rasa bersalah,
teman, pemantau, dan manajer). 5 Posisi kontrol dalam restitusi adalah proses
perjalanan pendidik agar dapat mengenali dirinya.
-
Kebutuhan
Dasar Manusia
5
Kebutuhan dasar manusia: kebutuhan bertahan hidup, kasih sayang dan rasa
diterima, kebebasan, kesenangan, dan penguasaan. Semua orang senantiasa
berusaha untuk memenuhi kebutuhannya dengan berbagai cara. Bila mereka tidak
bisa mendapatkan kebutuhannya dengan cara yang positif, mereka bisa melanggar
peraturan atau melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
kebajikan.
-
Keyakinan
Kelas
Menyepakati
nilai nilai kebajikan universal sebagai keyakinan kelas berarti memahami makna
sesungguhnya dibalik peraturan peraturan tersebut. Keyakinan seseorang akan
lebih memotivasi seseorang dari dalam. Seseorang akan lebih tergerak dan
bersemangat untuk menjalankan keyakinannya, daripada hanya sekedar mengikuti
serangkaian peraturan tertulis tanpa makna.
-
Segitiga
Restitusi
Restitusi
adalah proses kolaborasi yang memberikan kesempatan kepada murid untuk mencari
solusi dari masalah mereka, menuntun mereka untuk berproses menjadi sosok yang
mereka inginkan dan bagaimana seharusnya memperlakukan orang lain. Ada tiga
tahapan dalam segitiga restitusi yaitu menstabilkan identitas, memvalidasi
tindakan yang salah dan menanyakan keyakinan.
Hal
menarik di luar dugaan yang saya pelajari dalam modul 1.4 ini adalah tentang 5
posisi kontrol guru. Mengetahui hal ini sangat membantu saya untuk melihat
posisi manakah yang selama ini lebih banyak saya jalankan dalam menghadapi anak
anak.
2. Perubahan apa yang terjadi pada cara berpikir Anda dalam menciptakan
budaya positif di kelas maupun sekolah Anda setelah mempelajari modul ini?
Jawaban:
Setelah mempelajari modul ini, terdapat perubahan dalam mindset saya khususnya dalam hal pentingnya memahami kebutuhan dasar manusia sehingga ketika saya menangani permasalahan anak, saya bisa mencari tahu kebutuhan dasar apa yang ingin mereka penuhi. Dari sinilah, biasanya sebuah solusi dapat ditemukan.
3. Pengalaman seperti apakah yang pernah Anda alami terkait penerapan
konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif baik di lingkup kelas maupun
sekolah Anda?
Jawaban:
Saya memiliki sebuah pengalaman
ketika saya berusaha menerapkan budaya positif di dalam kelas saya, yaitu
menerapkan segitiga restitusi dalam menangani anak-anak. Lewat restitusi, saya
bisa menggali latar belakang penyebab seorang murid melakukan sebuah kesalahan.
4. Bagaimanakah perasaan Anda ketika mengalami hal-hal tersebut?
Jawaban:
Yang saya rasakan ketika menghadapi
anak anak yang bermasalah itu pada awalnya adalah jengkel dan marah. Tapi
setelah saya mengetahui latar belakang penyebab mereka bisa berbuat demikian,
perasaan saya biasanya berubah menjadi sedih dan kasihan.
5. Menurut Anda, terkait pengalaman dalam penerapan konsep-konsep tersebut,
hal apa sajakah yang sudah baik? Adakah yang perlu diperbaiki?
Jawaban:
Dalam menerapkan segitiga restitusi,
saya sudah berusaha menjalankan tahapan menstabilkan identitas dan memvalildasi
tindakan yang salah, tapi saya masih kurang maksimal dalam menjalankan tahap
menanyakan keyakinan.
6. Sebelum mempelajari modul ini, ketika berinteraksi dengan murid,
berdasarkan 5 posisi kontrol, posisi manakah yang paling sering Anda pakai, dan
bagaimana perasaan Anda saat itu? Setelah mempelajari modul ini, posisi apa yang Anda pakai, dan bagaimana
perasaan Anda sekarang? Apa perbedaannya?
Jawaban:
Sebelum mempelajari modul 1.4, saya
lebih sering menjadi seorang teman. Saya merasa memang ada bagian yang kurang
maksimal dari dalam diri saya saat menangani murid dan mereka kurang
mendengarkan nasihat saya karena saya seperti teman bagi mereka. Setelah ini,
saya berharap saya bisa berada dalam posisi pemantau atau manajer sehingga saya
bisa menangani permasalahan murid dengan lebih baik.
7. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan segitiga restitusi
ketika menghadapi permasalahan murid Anda? Jika iya, tahap mana yang Anda
praktekkan dan bagaimana Anda mempraktekkannya?
Jawaban:
Pernah tapi tahapannya tidak lengkap.
Kebetulan sekolah saya mempunyai Guru BK yang sekaligus seorang psikolog.
Sekolah saya juga menerapkan konsep tidak ada hukuman tetapi kami memakai
istilah pembinaan dan konsekuensi. Lewat psikolog di sekolah, saya belajar hal
apa saja yang perlu saya gali ketika menangani murid yang terlibat dalam suatu
masalah. Menurut pemahaman saya, bagian dari segitiga restitusi yang telah saya
lakukan adalah menstabilkan identitas dan memvalidasi tindakan yang salah.
Selain konsep-konsep yang disampaikan dalam modul ini, adakah hal-hal lain yang menurut Anda penting untuk dipelajari dalam proses menciptakan budaya positif baik di lingkungan kelas maupun sekolah?
Jawaban:
Saya berharap bisa belajar lebih
banyak lagi cara yang tepat dalam menangani permasalah murid. Mungkin ada
pendekatan model lain selain segitiga restitusi yang bisa saya pelajari dan
kemudian bisa saya terapkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar