Selasa, 18 Juli 2023

TUGAS DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.4: KESIMPULAN DAN REFLEKSI

 

TUGAS DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.4

KESIMPULAN DAN REFLEKSI

Oleh: Siti Anisah Nayyiroh, S.Pd

CGP Angkatan 08 Kelas 073 A

PANDUAN TUGAS

A.  Buatlah sebuah kesimpulan mengenai peran Anda dalam menciptakan budaya positif di sekolah dengan menerapkan konsep-konsep inti seperti disiplin positif, motivasi perilaku manusia (hukuman dan penghargaan), posisi kontrol restitusi, keyakinan  sekolah/kelas, segitiga restitusi dan keterkaitannya dengan materi sebelumnya yaitu Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, Nilai dan Peran Guru Penggerak,  serta Visi Guru Penggerak.

Jawaban:

Budaya positif di sekolah sangatlah penting untuk mengembangkan karakter murid yang sesuai dengan profil pelajar pancasila. Membangun budaya positif di sekolah merupakan salah satu wujud dari upaya guru untuk melaksanakan pendidikan yang berpihak yang sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara. Guru harus mampu berperan sebagai pemimpin yang baik dalam pembelajaran sehingga dapat menerapkan prakarsa perubahan sesuai visi atau nilai nilai kebajikan yang telah disepakati, sehingga budaya positif sebagai bentuk pendidikan yang berpihak pada murid dapat terlaksana dengan baik.

Di dalam modul 1.4, saya sudah mempelajari hal apa saja yang perlu kita pahami dalam menerapkan budaya positif. Salah satunya dengan memahami makna kata disiplin secara positif, bahwa disiplin yang baik adalah yang berasal dari diri sendiri. Manusia yang mempunyai disiplin diri yang baik akan mampu bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya karena mereka mendasarkan tindakan mereka pada nilai-nilai kebajikan universal. Nilai-nilai kebajikan universal sendiri telah diperkenalkan di modul 1.2 yang berarti nilai-nilai kebajikan yang disepakati bersama, lepas dari suku bangsa, agama, bahasa maupun latar belakangnya. Salah satunya adalah nilai-nilai kebajikan yang ingin dicapai oleh setiap anak Indonesia yang kita kenal dengan Profil Pelajar Pancasila.

Kemudian, seorang guru dapat mulai menerapkan budaya positif melalui kegiatan membuat keyakinan kelas yang disepakati bersama murid. Dengan menyepakati keyakinan kelas, murid akan belajar untuk memahami arti nilai kebajikan universal yang sesungguhnya, tidak hanya sebatas peraturan kelas saja. Murid diharapkan dapat lebih tergerak dan bersemangat untuk menjalankan keyakinannya, daripada hanya sekadar mengikuti serangkaian peraturan tertulis tanpa paham makna maupun nilai kebajikan di dalamnya.

Dulu sebelum saya ikut program pendidikan guru penggerak, saya belum terlalu memahami bagaimana cara yang tepat untuk menangani murid yang sedang mempunyai suatu masalah. Setiap kali ada murid yang berbuat salah, saya cenderung untuk memberikan hukuman atau memarahi murid tersebut. Tapi setelah saya menyelesaikan modul 1.4 ini, saya belajar bahwa banyak yang hal yang perlu dipahami seorang guru sebelum menindaklanjuti suatu permasalahan yang sedang dialami oleh murid.  Manusia memiliki 5 kebutuhan dasar yang harus dipenuhi, antara lain: bertahan hidup, kasih sayang dan rasa diterima, kebebasan, kesenangan dan penguasaan. Jika seorang guru memahami hal ini, maka dia pasti bisa melihat bahwa setiap kali seorang murid melakukan hal negatif, itu disebabkan karena dia tidak bisa memenuhi kebutuhan dasarnya dengan tepat.

Saya juga menyadari bahwa hukuman bukanlah suatu hal yang tepat untuk diberikan kepada murid ketika mereka sedang berada dalam masalah, karena hukuman itu bukanlah sesuatu yang mendidik. Hukuman tidak akan membuat murid belajar dari kesalahan yang telah diperbuat. Lain halnya jika kita melakasanakan segitiga restitusi, murid bisa mendapatkan kesempatan untuk dibimbing dan memahami masalah yang terjadi sekaligus belajar menyelesaikan permasalahan yang telah diperbuat. Dalam melaksanakan restitusi, guru memiliki 5 posisi kontrol, yaitu penghukum, pembuat rasa bersalah, teman, pemantau dan manajer.  Menurut saya, posisi kontrol guru yang terbaik adalah sebagai manajer karena guru mampu mengembalikan identitas positif murid dengan mengajukan pertanyaan bermakna yang dapat membuka pikiran murid. Guru juga membimbing murid untuk memecahkan masalahnya secara mandiri.

B.   Buatlah sebuah refleksi dari pemahaman Anda atas keseluruhan materi Modul Budaya Positif ini dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini:

1.   Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep inti yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: disiplin positif, teori kontrol,  teori motivasi, hukuman dan penghargaan, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi. Adakah hal-hal yang menarik untuk Anda dan di luar dugaan?

Jawaban:

-          Disiplin Positif

Disiplin yang baik adalah yang datang dari dalam diri sendiri. Disiplin sebagai bentuk kontrol diri, yaitu belajar untuk kontrol diri agar dapat mencapai suatu tujuan mulia. Tujuan mulia di sini mengacu pada nilai-nilai atau prinsip-prinsip mulia yang dianut seseorang. Kita namakan nilai-nilai tersebut sebagai nilai-nilai kebajikan (virtues) yang universal

-          Teori Kontrol

Pada dasarnya, kita tidak dapat memaksa murid untuk berbuat sesuatu jika murid tersebut memilih untuk tidak melakukannya. Semua perilaku memiliki tujuan. Penguatan positif tidak selalu efektif. Perilaku orang dewasa yang suka memaksa tidak akan efektif untuk jangka panjang

-          Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan

Hukuman bersifat tidak terencana, anak tidak tahu apa yang akan terjadi dan juga tidak dilibatkan. Hukuman bersifat satu arah tanpa melalui kesepakatan dengan guru. Disiplin dalam bentuk konsekuensi sudah terencana dan disepakati, dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu, murid dibuat dalam kondisi tidak nyaman dan ada data yang dapat diukur.

-          Posisi Kontrol Guru

Melaksanakan program disiplin positif yang berpusat pada murid dengan menggunakan pendekatan restitusi yang disebut 5 posisi kontrol (Penghukum, pembuat rasa bersalah, teman, pemantau, dan manajer). 5 Posisi kontrol dalam restitusi adalah proses perjalanan pendidik agar dapat mengenali dirinya. 

-          Kebutuhan Dasar Manusia

5 Kebutuhan dasar manusia: kebutuhan bertahan hidup, kasih sayang dan rasa diterima, kebebasan, kesenangan, dan penguasaan. Semua orang senantiasa berusaha untuk memenuhi kebutuhannya dengan berbagai cara. Bila mereka tidak bisa mendapatkan kebutuhannya dengan cara yang positif, mereka bisa melanggar peraturan atau melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kebajikan.

-          Keyakinan Kelas

Menyepakati nilai nilai kebajikan universal sebagai keyakinan kelas berarti memahami makna sesungguhnya dibalik peraturan peraturan tersebut. Keyakinan seseorang akan lebih memotivasi seseorang dari dalam. Seseorang akan lebih tergerak dan bersemangat untuk menjalankan keyakinannya, daripada hanya sekedar mengikuti serangkaian peraturan tertulis tanpa makna.

-          Segitiga Restitusi

Restitusi adalah proses kolaborasi yang memberikan kesempatan kepada murid untuk mencari solusi dari masalah mereka, menuntun mereka untuk berproses menjadi sosok yang mereka inginkan dan bagaimana seharusnya memperlakukan orang lain. Ada tiga tahapan dalam segitiga restitusi yaitu menstabilkan identitas, memvalidasi tindakan yang salah dan menanyakan keyakinan.

 

Hal menarik di luar dugaan yang saya pelajari dalam modul 1.4 ini adalah tentang 5 posisi kontrol guru. Mengetahui hal ini sangat membantu saya untuk melihat posisi manakah yang selama ini lebih banyak saya jalankan dalam menghadapi anak anak.

 

2.      Perubahan apa yang terjadi pada cara berpikir Anda dalam menciptakan budaya positif di kelas maupun sekolah Anda setelah mempelajari modul ini?

Jawaban:

Setelah mempelajari modul ini, terdapat perubahan dalam mindset saya khususnya dalam hal pentingnya memahami kebutuhan dasar manusia sehingga ketika saya menangani permasalahan anak, saya bisa mencari tahu kebutuhan dasar apa yang ingin mereka penuhi. Dari sinilah, biasanya sebuah solusi dapat ditemukan. 

3.   Pengalaman seperti apakah yang pernah Anda alami terkait penerapan konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif baik di lingkup kelas maupun sekolah Anda?

Jawaban:

Saya memiliki sebuah pengalaman ketika saya berusaha menerapkan budaya positif di dalam kelas saya, yaitu menerapkan segitiga restitusi dalam menangani anak-anak. Lewat restitusi, saya bisa menggali latar belakang penyebab seorang murid melakukan sebuah kesalahan.

 

4.    Bagaimanakah perasaan Anda ketika mengalami hal-hal tersebut?

Jawaban:

Yang saya rasakan ketika menghadapi anak anak yang bermasalah itu pada awalnya adalah jengkel dan marah. Tapi setelah saya mengetahui latar belakang penyebab mereka bisa berbuat demikian, perasaan saya biasanya berubah menjadi sedih dan kasihan.

5.   Menurut Anda, terkait pengalaman dalam penerapan konsep-konsep tersebut, hal apa sajakah yang sudah baik? Adakah yang perlu diperbaiki?

Jawaban:

Dalam menerapkan segitiga restitusi, saya sudah berusaha menjalankan tahapan menstabilkan identitas dan memvalildasi tindakan yang salah, tapi saya masih kurang maksimal dalam menjalankan tahap menanyakan keyakinan.

 

6.    Sebelum mempelajari modul ini, ketika berinteraksi dengan murid, berdasarkan 5 posisi kontrol, posisi manakah yang paling sering Anda pakai, dan bagaimana perasaan Anda saat itu? Setelah mempelajari modul ini,  posisi apa yang Anda pakai, dan bagaimana perasaan Anda sekarang? Apa perbedaannya?

Jawaban:

Sebelum mempelajari modul 1.4, saya lebih sering menjadi seorang teman. Saya merasa memang ada bagian yang kurang maksimal dari dalam diri saya saat menangani murid dan mereka kurang mendengarkan nasihat saya karena saya seperti teman bagi mereka. Setelah ini, saya berharap saya bisa berada dalam posisi pemantau atau manajer sehingga saya bisa menangani permasalahan murid dengan lebih baik.

 

7.  Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan segitiga restitusi ketika menghadapi permasalahan murid Anda? Jika iya, tahap mana yang Anda praktekkan dan bagaimana Anda mempraktekkannya?

Jawaban:

Pernah tapi tahapannya tidak lengkap. Kebetulan sekolah saya mempunyai Guru BK yang sekaligus seorang psikolog. Sekolah saya juga menerapkan konsep tidak ada hukuman tetapi kami memakai istilah pembinaan dan konsekuensi. Lewat psikolog di sekolah, saya belajar hal apa saja yang perlu saya gali ketika menangani murid yang terlibat dalam suatu masalah. Menurut pemahaman saya, bagian dari segitiga restitusi yang telah saya lakukan adalah menstabilkan identitas dan memvalidasi tindakan yang salah.

Selain konsep-konsep yang disampaikan dalam modul ini, adakah hal-hal lain yang menurut Anda penting untuk dipelajari dalam proses menciptakan budaya positif baik di lingkungan kelas maupun sekolah?

Jawaban:

Saya berharap bisa belajar lebih banyak lagi cara yang tepat dalam menangani permasalah murid. Mungkin ada pendekatan model lain selain segitiga restitusi yang bisa saya pelajari dan kemudian bisa saya terapkan.

Tidak ada komentar: